Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan kondisi darurat kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza. Kepala Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyampaikan peringatan mengejutkan: sebanyak 14.000 bayi di Gaza terancam meninggal dunia dalam waktu 24 jam jika tidak segera mendapatkan nutrisi dan perawatan medis yang memadai.
Peringatan ini disampaikan Fletcher pada Senin (19/5), menyusul keterlambatan distribusi bantuan yang masih sangat minim. “Ini bukan tentang politik. Ini tentang menyelamatkan bayi dari kematian karena kelaparan ekstrem,” ujar Fletcher dalam wawancara dengan BBC, seperti dikutip TIME.
Situasi Gaza: Krisis Kemanusiaan Akibat Blokade Israel
Kondisi di Gaza telah mencapai fase bencana. Selama 11 minggu terakhir, wilayah tersebut berada dalam blokade total oleh Israel, yang hanya mengizinkan sebagian kecil bantuan masuk. Pada Senin, hanya empat truk bantuan yang berhasil menyeberang ke Gaza—jumlah yang sangat jauh dari cukup.
Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, mengonfirmasi bahwa meskipun Israel telah menyetujui sekitar 100 truk bantuan, distribusinya belum bisa dilaksanakan. “Tim kami tidak bisa mendapatkan akses ke gudang penyimpanan karena kendala keamanan dan izin militer,” katanya dalam pernyataan kepada media.
WHO: Dua Juta Warga Gaza Kelaparan
Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga mengeluarkan pernyataan keras. Ia menegaskan bahwa dua juta warga Palestina di Gaza mengalami kelaparan, sementara “berton-ton bantuan makanan dan medis diblokir di perbatasan.”
Blokade ini tidak hanya memperparah krisis pangan, tapi juga menyebabkan keruntuhan layanan kesehatan, air bersih, dan listrik. Rumah sakit kini kekurangan darah, alat medis, bahkan tenaga kesehatan. “Gaza membutuhkan setidaknya 500 truk bantuan setiap hari, dan 50 truk bahan bakar untuk mendukung fasilitas kesehatan vital,” ungkap Kantor Media Gaza dalam laporan terbarunya.
Data Mengerikan: 330 Meninggal karena Kelaparan, 300 Keguguran
Laporan yang dirilis Kantor Media Gaza mencatat bahwa selama 80 hari pengepungan total:
- 58 orang meninggal akibat kekurangan gizi.
- 242 meninggal karena kekurangan makanan dan obat-obatan, sebagian besar lansia.
- 26 pasien ginjal meninggal karena tidak mendapat perawatan.
- Lebih dari 300 keguguran terjadi akibat kekurangan nutrisi bagi ibu hamil.
Kampanye donor darah pun gagal karena kondisi kesehatan masyarakat yang melemah, memperburuk krisis medis di Gaza. “Kami menghadapi kekurangan unit darah akut, sementara jumlah pasien yang terluka terus meningkat akibat serangan,” ujar pernyataan resmi tersebut.
PBB dan Dunia Internasional Diminta Bertindak
Kantor Media Gaza dan berbagai lembaga internasional telah mengeluarkan seruan darurat kepada PBB dan masyarakat internasional agar segera membuka penyeberangan dan menghentikan blokade yang dianggap sebagai kampanye genosida sistematis oleh Israel.
“Gaza tidak membutuhkan janji, Gaza membutuhkan aksi. Setiap menit keterlambatan adalah satu nyawa yang melayang,” tegas Tom Fletcher.
Israel Intensifkan Serangan Darat dan Blokade Bantuan
Di sisi lain, militer Israel mengumumkan eskalasi operasi darat di wilayah utara dan selatan Gaza. Serangan brutal yang dimulai sejak Oktober 2023 telah menewaskan hampir 53.600 warga Palestina, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
Sebelum perang pecah, Gaza menerima sekitar 500 truk bantuan setiap hari. Namun, sejak 7 Oktober 2023, jumlah tersebut merosot drastis. Sejumlah pengakuan dari pejabat Israel bahkan menyatakan bahwa beberapa korban dari pihak Israel saat itu terbunuh oleh militer mereka sendiri melalui kebijakan kontroversial yang disebut “Arahan Hannibal”—yang memungkinkan pembunuhan warga sendiri untuk mencegah penyanderaan oleh musuh.
Gaza Butuh Bantuan Nyata, Bukan Janji
Dengan situasi kemanusiaan yang sangat kritis dan angka kematian yang terus bertambah, kebutuhan akan tindakan cepat, terkoordinasi, dan bebas hambatan dari komunitas internasional menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Ajakan Kemanusiaan: Jangan Diam Melihat Genosida!
Dunia tidak boleh diam. Aksi solidaritas dan tekanan diplomatik terhadap Israel harus terus digalakkan agar penyaluran bantuan bisa dilakukan secara aman, cepat, dan berkelanjutan.