Mengingat Genosida Palestina bukan sekadar kewajiban moral, melainkan bentuk nyata kepedulian terhadap tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung. Genosida bukan hanya peristiwa masa lalu yang bisa dicatat dalam sejarah, tetapi juga kenyataan yang masih hidup dalam derita rakyat Palestina hari ini. Saat dunia semakin cepat melupakan, bahaya paling besar adalah normalisasi ketidakadilan yang terus berulang.
Mengingat Genosida Palestina sebagai Tanggung Jawab Moral
Genosida adalah kejahatan paling berat dalam hukum internasional. Namun, ketika korban dari Palestina masih berjatuhan, dunia kerap terjebak dalam diam. Mengingat Genosida Palestina menjadi upaya menjaga nurani agar manusia tidak kehilangan rasa empati. Dengan mengingat, kita menolak lupa bahwa ada nyawa yang direnggut, rumah yang dihancurkan, dan generasi yang dirampas masa depannya.
Bahaya Melupakan: Normalisasi Penindasan
Melupakan tragedi berarti membuka ruang bagi penindasan untuk dianggap wajar. Jika masyarakat internasional berhenti membicarakan Palestina, maka agresi dan blokade bisa terus berjalan tanpa ada tekanan moral. Inilah alasan penting mengapa mengingat Genosida Palestina harus terus dilakukan. Ingatan kolektif berfungsi sebagai benteng agar tragedi serupa tidak diulang oleh generasi berikutnya.
Sejarah yang Terus Hidup
Genosida di Palestina bukan hanya bagian dari arsip sejarah, melainkan realitas yang masih berlangsung hingga kini. Dari pengusiran massal pada tahun 1948 (Nakba) hingga serangan berulang ke Gaza, luka sejarah masih segar di hati jutaan pengungsi. Mengingat berarti menghubungkan masa lalu dengan masa kini, sehingga penderitaan rakyat Palestina tidak pernah dianggap sebagai “konflik biasa,” melainkan kejahatan sistematis yang harus dihentikan.
Mengingat Genosida Palestina dalam Perspektif Hak Asasi
PBB dan berbagai organisasi internasional menegaskan bahwa hak hidup, hak tempat tinggal, dan hak atas kebebasan adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang tidak dapat dikurangi. Namun, realitas di Palestina menunjukkan sebaliknya. Air, listrik, makanan, dan akses kesehatan sering diputus sebagai bentuk tekanan. Mengingat Genosida Palestina berarti menyuarakan bahwa hak-hak tersebut tidak boleh dinegosiasikan atau ditukar dengan kepentingan politik.
Solidaritas Umat Islam dan Dunia
Palestina bukan hanya tanah dengan nilai politik, tetapi juga spiritual. Bagi umat Islam, Palestina adalah tempat suci ketiga, Al-Aqsa, yang menjadi simbol persatuan dan iman. Mengingat genosida yang menimpa rakyat Palestina adalah wujud solidaritas global yang melampaui batas agama, negara, dan budaya. Dengan terus mengingat, kita menunjukkan bahwa penderitaan di satu wilayah adalah tanggung jawab seluruh umat manusia.
Media dan Bahaya Disinformasi
Salah satu alasan penting untuk terus mengingat Genosida Palestina adalah banyaknya upaya pengaburan fakta. Narasi media tertentu sering kali menggiring opini bahwa tragedi tersebut hanyalah “konflik dua pihak.” Padahal, ada ketimpangan kekuatan yang jelas: satu pihak memiliki persenjataan canggih, sementara pihak lain hanya berjuang untuk bertahan hidup. Ingatan kolektif berperan sebagai penangkal terhadap manipulasi informasi.
Mengingat Sebagai Bentuk Perlawanan
Menghadirkan ingatan kolektif adalah bentuk perlawanan yang tidak kalah penting dari aksi di lapangan. Ketika dunia internasional terus mengingat, maka tekanan diplomatik, boikot, hingga gerakan solidaritas akan tetap hidup. Dengan cara ini, mengingat bukanlah sikap pasif, melainkan tindakan aktif melawan lupa dan melawan penindasan.
Peran Indonesia dalam Menyuarakan Ingatan
Indonesia sebagai negara dengan mayoritas Muslim memiliki peran strategis dalam menjaga ingatan kolektif tentang Palestina. Dukungan diplomatik, pengiriman bantuan kemanusiaan, hingga program solidaritas rakyat adalah bentuk nyata bahwa mengingat Genosida Palestina bukan hanya sebatas kata-kata, tetapi diwujudkan dalam aksi. Dari jalanan hingga forum internasional, suara Indonesia menjadi pengingat bahwa perjuangan Palestina adalah perjuangan kemanusiaan.
Aksi Nyata untuk Menjaga Ingatan
Mengingat tidak cukup hanya dengan mengenang. Ada banyak cara untuk menjadikan ingatan ini hidup: menyebarkan informasi yang benar, mendukung gerakan kemanusiaan, berdonasi untuk korban, hingga mengajarkan generasi muda tentang apa yang benar-benar terjadi di Palestina. Dengan langkah kecil ini, ingatan akan terus hidup, dan dunia tidak akan membiarkan genosida berlangsung tanpa perlawanan.
Penutup: Ingatan Adalah Bentuk Perlawanan
Mengingat Genosida Palestina adalah bentuk melawan diam, melawan lupa, dan melawan ketidakadilan. Dunia tidak boleh membiarkan tragedi ini terhapus dari sejarah. Dengan mengingat, kita menolak normalisasi kekejaman, meneguhkan solidaritas, dan menjaga agar perjuangan rakyat Palestina tetap menjadi bagian dari nurani global.
Ingatan adalah senjata moral. Selama kita mengingat, dunia masih punya harapan untuk menegakkan keadilan.
Baca Juga:
- Dari Indonesia untuk Palestina: Bukti Nyata Solidaritas dan Cinta Kemanusiaan
- Palestina dan Solidaritas Umat Islam: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
- Bersama Yatim Palestina: Dari Donasi Menjadi Harapan Baru
- Palestina dan Simbol Kemanusiaan Global: Dari Tragedi Menuju Kesadaran Universal
- Genosida Palestina dan Hukum Internasional: Ketika Keadilan Global Diuji
Infaq Gandum Palestina — Di tengah krisis yang mencekik, gandum menjadi kebutuhan pokok yang sangat sulit dijangkau oleh warga Palestina. Anak-anak, ibu, hingga lansia berjuang untuk bertahan hidup dengan keterbatasan pangan yang ada. Mari hadir sebagai penolong, dengan infaq gandum kita bisa menguatkan mereka melewati hari-hari penuh ujian. Setiap butir gandum yang sampai, insyaAllah jadi saksi amal kebaikan kita. KLIK DI SINI untuk berdonasi atau klik gambar di bawah ini.
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Atau Kunjungi www.lajupeduli.org untuk mendapatkan artikel terupdate tentang Palestina
- Jangan lupa ikuti sosial media kami