Indonesia dan Palestina memiliki hubungan yang sangat istimewa dan mendalam. Ikatan ini tidak hanya didasarkan pada kepentingan politik dan strategis, tetapi juga pada solidaritas kemanusiaan dan sejarah perjuangan. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang hubungan unik antara kedua negara ini, mengapa hubungan ini begitu penting, dan bagaimana keduanya saling mendukung dalam berbagai aspek.
Konflik antara Palestina dan Israel terus berlanjut hingga sekarang, dengan ribuan warga sipil banyak yang menjadi korban, termasuk perempuan dan anak-anak. Indonesia selalu secara tegas mengutuk kekerasan ini dan mendukung Palestina serta kedaulatannya baik dalam aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh masyarakat ataupun pada berbagai forum internasional.
Indonesia juga sempat mendorong para pemimpin Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) memobilisasi upaya lebih luas untuk mendukung Palestina dan meningkatkan status Palestina sebagai negara anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ikatan Indonesia dan Palestina : Senantiasa saling dukung dan bantu
Selain Indonesia memiliki prinsip untuk menghapuskan segala bentuk penjajahan di muka bumi, Indonesia dan Palestina telah lama saling bantu sebagai saudara senasib sepenanggungan. Keduanya kompak saling dukung dalam usaha mendeklarasikan kemerdekaannya masing-masing. Usai negara Palestina mengakui kedaulatan Indonesia pada 1944, giliran Palestina yang mendeklarasikan kemerdekaannya sendiri. Proklamasi kemerdekaan Palestina disampaikan oleh Yasser Arafat dalam sidang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 15 November 1988.
Jauh sebelum itu, dilansir dari detik.com, pada 23 November 1937, KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU, mengkonsolidasi puluhan organisasi Islam di Indonesia untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina. Melalui Palestina Fons dan Majelis Rajabiyah, umat Islam diajak mengumpulkan dana yang berhasil mencapai 600 ribu gulden dan dikirimkan ke Palestina untuk mendukung perjuangan umat Islam di sana.
Mulianya Saudagar Kaya dari Palestina
Setelah Palestina mengakui kedaulatan Indonesia pada 1944, 11 tahun kemudian pada tahun 1948, Menurut M.C. Ricklefs dalam buku “Sejarah Indonesia Modern 1200-2004,” keadaan Republik Indonesia sangat kacau. Menghadapi Belanda yang ingin menjajah kembali, Indonesia yang dipimpin oleh Sukarno-Hatta terdesak ke wilayah pedalaman Jawa Tengah, kekurangan beras, dan penderitaan semakin meningkat akibat blokade Belanda. Mengetahui akan kabar tersebut, saudagar kaya Palestina, Ali Taher, menyumbangkan uang untuk Indonesia yang sedang menghadapi agresi Militer II Belanda.
Ali Taher, yang dikenal sebagai raja media Palestina, sangat mencintai Indonesia. Hal ini dibuktikan melalui kedekatannya dengan para pejuang Indonesia di Timur Tengah. Beberapa media cetak Palestina yang dimiliki Ali Taher meliputi Ashoura, Al-Shabab, Al Minhaj, dan Al Alam Al-Masri.
Mohamd Zein Hassan, Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, mengisahkan bahwa suatu hari Ali Taher membawanya ke Bank Arabia. Di sana, Ali Taher mengeluarkan semua uangnya yang tersimpan di bank tersebut dan memberikannya kepada Zein tanpa meminta tanda bukti penerimaan.
Satu Bagian Sakit, Seluruh Tubuh Merasakannya
Indonesia dan Palestina merupakan negara dengan mayoritas penduduknya adalah muslim tentu akan lebih peduli terhadap saudara seimannya dimanapun ia berada. Sebagaimana dalam hadits
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).”
(HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)
Masjid Al-Aqsa adalah salah satu masjid suci umat Islam, selain Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid Al-Aqsa sebagai tempat pijakan Nabi Muhammad dalam perjalanan Isra Mikraj.
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Isra :1).
Kemudian, Masjid Al-Aqsa juga merupakan kiblat pertama kaum muslimin sebelum dihapus dan dialihkan ke ka’bah.
“Kami shalat bersama Nabi menghadap Bait Maqdis selama 17 bulan. Kemudian Nabi berpindah arah kiblat (ka’bah). (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka dari itu, mari kita bantu masyarakat Palestina dengan mendoakan untuk kemerdekaan dan kesejahteraan Palestina, memberikan donasi melalui lembaga resmi yang diakui pemerintah serta mendukung langkah-langkah diplomasi pemerintah Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Baca juga
- Patut Ditiru!, Ini Cara Sukses Berdagang Ala Rasulullah
- Kisah Sumur Usman yang Masih Bertahan Hingga Saat Ini
#SahabatHebatLaju saudara kita di Palestina kini sedang dalam krisis kemanusiaan, ayo kuatkan mereka dengan berdonasi melalui KLIK DISINI
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Atau Kunjungi www.lajupeduli.org untuk mendapatkan artikel terupdate tentang Palestina
- Jangan lupa ikuti sosial media kami