Sebelum Ka’bah ditentukan sebagai kiblat bagi seluruh umat islam di penjuru dunia, Baitul Maqdis yang terletak di Yerusalem, Palestina, termasuk masjid tersuci ketiga dalam Islam ini memiliki sejarah panjang tentang kiblat umat islam. Masjid ini awal mula kiblat pertama sebelum ke arah Ka’bah di Makkah, Arab Saudi. Masjid al-Aqsa juga menjadi tempat Nabi Muhammad SAW memimpin sholat berjamaah bersama para Nabi sebelum berangkat dalam perjalanan Isra’ Miraj.
Saat Rasulullah masih di Makkah, beliau shalat menghadap Baitul Maqdis. Bahkan setelah hijrah ke Madinah, Dilansir dari buku Kelengkapan Tarikh nabi Muhammad karya Moenawar Khalil, sejak hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW selalu menghadapkan mukanya ke Baitul Maqdis saat mengerjakan salat hingga kurang lebih 16 bulan lamanya. Kaum Yahudi senang akan hal ini karena mereka juga beribadah ke arah yang sama. Karena mereka mengira Nabi mengikuti cara ibadah mereka.
Menurut riwayat, ketika Nabi SAW. masih menghadap ke Kiblat Baitul Maqdis, sering kali mendapat olokan dari orang-orang Yahudi. Kata mereka: “Muhammad telah menyimpang dari agama kita, tetapi dia masih mengikuti Kiblat kita. Kalau saja tidak ada agama kita, entah tidak tahu mau kemana dia akan menghadap dalam shalatnya.”
Namun, beliau terus berdoa dan berharap agar kiblat dipindahkan ke Ka’bah yang merupakan kiblat Nabi Ibrahim AS. Harapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dikabulkan oleh Allah Azza wa Jalla dengan firman-Nya :
Hingga pada suatu waktu permohonan itu akhirnya dikabulkan oleh Allah dengan firman-Nya yang artinya:
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya.
(Q.S. Al Baqarah: 144)
Menurut riwayat, ayat tersebut turun ketika Nabi SAW menjalankan shalat jama’ah di Masjid Bani Salamah di Madinah. Setelah mengerjakan shalat dua rakaat, turunlah Jibril mengisyaratkan untuk shalat menghadap ke Baitullah dan Jibril pun shalat menghadap ke sana. Para jama’ah mengikuti tindakan Nabi tersebut. Sejak peristiwa ini, Masjid Bani Salamah dikenal sebagai Masjid Qiblatain (Masjid dua Kiblat).
Mengapa Masjid Al Aqsa Menjadi Kiblat Pertama?
Dalam buku “Situs-Situs dalam Al Qur’an” oleh Syahruddin El-Fikri, dijelaskan bahwa Allah SWT awalnya memerintahkan umat Islam untuk salat menghadap Masjid Al-Aqsa agar ibadah mereka menghadap ke tempat yang suci dan bebas dari berbagai sesembahan.
Pada waktu itu, Masjid Al-Haram, tempat Isra Mi’raj Nabi, belum berupa bangunan masjid. Sekitarnya dipenuhi dengan 309 berhala yang disembah oleh bangsa Arab pra-Islam. Karena dominasi berhala ini, Nabi Muhammad SAW tidak bisa salat di sana.
Selain itu, jika shalat menghadap Masjid Al-Haram, bisa memberi kesan bahwa Nabi SAW mendukung berhala-berhala kaum Quraisy. Oleh karena itu, Allah SWT menetapkan Baitul Maqdis atau Masjid Al-Aqsa sebagai kiblat pertama umat Islam.
Hikmah dari Perpindahan Kiblat
Sebagai Ujian Kaum Muslimin
Pemindahan arah kiblat adalah ujian untuk kaum muslimin apakah mau mendengar dan taat ditengah olokkan dan hinaan yang datang dari para Musyrik dan Munafik. Hikmah perubahan kiblat ini adalah untuk menguji siapa yang setia mengikuti Nabi Muhammad SAW dan siapa yang tidak, serta membedakan antara yang fasik dan yang tidak. Ini juga berfungsi sebagai ujian keimanan bagi umat Islam pada waktu itu dan untuk memperkuat mental mereka yang menghadapi ejekan dari orang-orang Yahudi.
Sebagaimana tergambar dalam sebuah hadits yang dibawakan oleh imam Bukhari dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu yang mengatakan:
Ketika jama’ah kaum Muslimin sedang menunaikan shalat Shubuh di Quba’, tiba-tiba ada seorang sahabat mendatangi mereka, lalu mengatakan : “Allah Azza wa Jalla telah menurunkan sebuah ayat kepada Nabi-Nya agar menghadap Ka’bah, maka hendaklah kalian menghadap Ka’bah !” Lantas mereka semua berpaling menghadap ke arah Ka’bah.
Mengetahui Kualitas Keimanan
Dalam Al-Qur’an, Allah Azza wa Jalla menjelaskan bahwa salah satu tujuan dari perubahan kiblat adalah untuk menguji kekuatan aqidah kaum Muslimin dan kesiapan mereka dalam melaksanakan perintah-perintah Allah Azza wa Jalla, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan”1 agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.
(Q.S. Al Baqarah: 143)
Kesiapan para sahabat dalam menerima perubahan kiblat ini membuktikan keimanan mereka yang luar biasa. Hal ini digambarkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu yang mengatakan:
Ketika jama’ah kaum Muslimin sedang menunaikan shalat Shubuh di Quba’, tiba-tiba ada seorang shahabat mendatangi mereka, lalu mengatakan : “Allah Azza wa Jalla telah menurunkan sebuah ayat kepada Nabi-Nya agar menghadap Ka’bah, maka hendaklah kalian menghadap Ka’bah !” Lantas mereka semua berpaling menghadap ke arah Ka’bah.
Pada proses pemindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, terlihatlah kepatuhan para sahabat yang bersegera melakukan perintah Rasulullah. Mereka mendengar dan taat, tidak juga mengingkari perintah tersebut.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ke mana pun Allah menghadapkan kita, maka kita harus menurutinya karena ketaatan ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya. Meskipun seandainya kita diarahkan setiap harinya ke berbagai arah, maka selaku hamba-Nya, harus melakukan apa yang diperintahkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1:190).
Menunjukkan Keistimewaan Makkah
Selain itu pergantian arah kiblat ke Makkah dan menghadapnya umat Muslim ke arah tersebut menunjukkan keistimewaan Makkah dibandingkan tempat lainnya. Makkah adalah tempat diturunkannya wahyu, tempat pelaksanaan haji dan umrah, serta kiblat umat Islam baik saat masih hidup ataupun mati. Allah telah memuliakan tempat itu dengan berbagai kemuliaan yang tiada bandingannya.
Baca Juga
– Pahlawan Pembebas Masjidil Aqsha
– Ikatan Istimewa Indonesia dan Palestina
#SahabatHebatLaju saudara kita di Palestina kini sedang dalam krisis kemanusiaan, ayo kuatkan mereka dengan berdonasi melalui KLIK DISINI
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Atau Kunjungi www.lajupeduli.org untuk mendapatkan artikel terupdate tentang Palestina