Muamalah dalam keluarga adalah bagian penting dari kehidupan rumah tangga yang harus dikelola dengan bijak, terutama selama bulan Ramadhan. Bulan suci ini membawa banyak berkah, tetapi juga tantangan dalam mengelola keuangan keluarga. Selama Ramadhan, pola pengeluaran keluarga bisa meningkat, mulai dari kebutuhan buka puasa hingga zakat yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami prinsip muamalah dalam keluarga, agar transaksi keuangan tetap sesuai dengan ajaran Islam dan anggaran rumah tangga tetap terkendali.
Dalam artikel ini, kami akan memberikan tips tentang bagaimana mengelola keuangan keluarga selama Ramadhan, termasuk cara mengatur anggaran belanja untuk buka puasa, zakat, serta memastikan seluruh transaksi keuangan rumah tangga sesuai dengan prinsip syariah.
Pengertian Muamalah dalam Keluarga
Secara umum, muamalah dalam keluarga merujuk pada segala bentuk interaksi atau hubungan yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, sosial, dan keuangan dalam kehidupan berkeluarga. Dalam Islam, muamalah mencakup transaksi yang sah secara syariah dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, baik dalam urusan jual beli, utang-piutang, hingga pembagian kekayaan. Ketika berbicara mengenai muamalah dalam keluarga, hal ini mencakup pengelolaan keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, yaitu bebas dari riba, penipuan, dan kezaliman.
Menyusun Anggaran Belanja untuk Buka Puasa
Selama bulan Ramadhan, pengeluaran untuk makan sahur dan berbuka puasa cenderung meningkat. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk membuat perencanaan keuangan yang matang, agar pengeluaran tetap terkendali.
1. Menetapkan Anggaran Harian
Cara pertama dalam mengatur anggaran keuangan keluarga selama Ramadhan adalah dengan menentukan anggaran harian untuk kebutuhan berbuka puasa. Anggaran ini mencakup biaya untuk membeli bahan makanan, minuman, dan lauk pauk. Untuk menghindari pengeluaran yang berlebihan, tentukan batasan yang realistis sesuai dengan pendapatan keluarga. Misalnya, jika Anda memiliki anggaran belanja mingguan sebesar Rp 1.000.000, alokasikan sekitar Rp 150.000 hingga Rp 200.000 per hari untuk keperluan berbuka dan sahur.
2. Mengutamakan Kebutuhan Pokok
Pada bulan Ramadhan, penting untuk mengutamakan pembelian bahan makanan yang lebih bergizi dan bermanfaat. Hindari pembelian makanan yang bersifat konsumtif atau tidak berguna. Fokuskan belanja pada bahan-bahan pokok seperti beras, sayuran, daging, dan buah-buahan. Selain itu, manfaatkan bahan makanan yang ada di rumah dan periksa persediaan pantry Anda sebelum berbelanja. Hal ini dapat mengurangi pemborosan dan membantu pengelolaan anggaran lebih efisien.
3. Berbelanja dengan Bijak dan Hemat
Salah satu cara untuk tetap mengatur keuangan keluarga selama Ramadhan adalah dengan berbelanja secara bijak. Cobalah untuk membeli bahan makanan secara grosir atau dalam jumlah besar untuk kebutuhan beberapa hari ke depan. Ini bisa mengurangi frekuensi belanja dan memastikan Anda mendapatkan harga yang lebih murah. Selain itu, pilihlah pasar tradisional atau toko-toko yang menawarkan harga lebih terjangkau tanpa mengorbankan kualitas bahan makanan.
Mengatur Zakat dan Infak
Salah satu kewajiban umat Islam selama Ramadhan adalah menunaikan zakat fitrah dan zakat mal. Kedua jenis zakat ini memiliki peran penting dalam meringankan beban orang yang kurang mampu dan membantu kesejahteraan umat.
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan setiap Muslim pada bulan Ramadhan, menjelang Hari Raya Idul Fitri. Besaran zakat fitrah biasanya dihitung berdasarkan jumlah makanan pokok yang dikonsumsi oleh keluarga tersebut. Di Indonesia, zakat fitrah umumnya dihitung dengan menggunakan harga beras per kilogram. Biasanya, zakat fitrah yang harus dikeluarkan per orang adalah sekitar 2,5 hingga 3 kilogram beras atau sejumlah uang yang setara dengan harga beras tersebut.
Untuk memastikan zakat fitrah dibayarkan tepat waktu dan dengan jumlah yang benar, alokasikan bagian dari anggaran keluarga Anda untuk membayar zakat fitrah setiap bulan Ramadhan, jauh sebelum Hari Raya tiba. Ini akan membantu Anda mempersiapkan dana zakat dengan lebih baik.
2. Zakat Mal
Selain zakat fitrah, keluarga juga dianjurkan untuk membayar zakat mal (zakat harta), yang dikeluarkan dari harta yang dimiliki, seperti uang tabungan, investasi, emas, dan properti yang dimiliki. Zakat mal biasanya dihitung sebesar 2,5% dari total harta yang dimiliki setelah mencapai nisab (batas minimum harta yang dikenakan zakat).
Untuk menghitung zakat mal, Anda perlu menginventarisasi seluruh harta yang dimiliki, kemudian mengurangi jumlah utang dan biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Setelah itu, hitung 2,5% dari sisa harta tersebut. Pastikan zakat mal dibayarkan kepada yang berhak menerima, yaitu golongan fakir, miskin, amil zakat, dan lain-lain, sesuai dengan ketentuan syariah.
3. Infaq dan Sedekah
Selain zakat, Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak infak dan sedekah. Infaq adalah sumbangan sukarela yang dikeluarkan untuk keperluan umat Islam, sementara sedekah bisa diberikan dalam bentuk materi atau non-materi. Alokasikan sebagian dari anggaran belanja Anda untuk memberikan sedekah kepada yang membutuhkan, baik itu berupa uang, makanan, pakaian, atau bantuan lainnya. Hal ini tidak hanya membantu mereka yang kurang mampu, tetapi juga memberikan keberkahan dan pahala berlipat ganda.
Mengelola Keuangan Keluarga dengan Prinsip Syariah
Agar muamalah dalam keluarga tetap sesuai dengan prinsip syariah, pastikan semua transaksi keuangan yang dilakukan tidak melibatkan unsur riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan maysir (judi). Beberapa cara untuk memastikan transaksi keuangan keluarga tetap sesuai dengan syariah adalah:
1. Hindari Hutang dengan Bunga (Riba)
Utang dengan bunga (riba) dilarang dalam Islam, dan hal ini juga berlaku dalam pengelolaan keuangan keluarga. Usahakan untuk menghindari utang yang mengandung bunga, baik itu dalam bentuk kartu kredit, pinjaman bank, atau pembelian barang secara mencicil dengan bunga. Sebagai gantinya, upayakan untuk menyusun anggaran yang realistis dan menabung untuk kebutuhan besar.
2. Perencanaan Keuangan Berbasis Kebutuhan
Saat menyusun anggaran rumah tangga, pastikan semua pengeluaran didasarkan pada kebutuhan utama, bukan keinginan yang bersifat konsumtif. Prinsip ini mengajarkan kepada kita untuk hidup hemat, menjaga agar pengeluaran tetap terkendali, dan memprioritaskan kebutuhan yang lebih mendesak.
3. Transparansi dan Komunikasi dalam Keuangan Keluarga
Untuk menjaga keuangan rumah tangga tetap sehat, penting bagi pasangan suami-istri untuk terbuka dan berkomunikasi tentang kondisi keuangan keluarga. Jangan biarkan masalah keuangan mengarah pada ketegangan atau perselisihan dalam rumah tangga. Dengan saling memahami, keluarga dapat membuat keputusan yang bijaksana dan menghindari masalah keuangan di masa depan.
Kesimpulan
Muamalah dalam keluarga sangat berperan penting dalam menciptakan kesejahteraan rumah tangga, terutama selama bulan Ramadhan. Mengelola keuangan dengan bijak, mulai dari anggaran belanja buka puasa, pembayaran zakat, hingga infak dan sedekah, akan memastikan keluarga tetap berada dalam jalan yang benar sesuai dengan prinsip syariah. Dengan pengelolaan keuangan yang tepat, keluarga dapat merasakan keberkahan Ramadhan, bukan hanya dalam aspek spiritual, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
Baca Juga :
- Patut Ditiru!, Ini Cara Sukses Berdagang Ala Rasulullah
- Tren Jual-Beli Selama Ramadhan: Apa yang Dicari Konsumen?
- Tren Jual-Beli Selama Ramadhan: Apa yang Dicari Konsumen?
- Tata Cara Transaksi Keuangan dalam Islam: Halal vs. Haram
- Transaksi Jual Beli yang Halal dan Berkah di Ramadhan
#SahabarHebatLaju mari bantu berdayakan UMKM Hebat melalui KLIK DISINI
- Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
- Atau Kunjungi www.lajupeduli.org untuk mendapatkan artikel terupdate tentang Palestina
- Jangan lupa ikuti sosial media kami