Laju Peduli

Menghitung Fidyah: Panduan Praktis untuk Keluarga yang Tidak Bisa Berpuasa

Menghitung fidyah merupakan topik penting bagi umat Islam, terutama bagi mereka yang tidak mampu berpuasa di bulan Ramadhan karena alasan tertentu, seperti usia lanjut, sakit kronis, atau kondisi medis lainnya. Fidyah adalah bentuk kompensasi yang diberikan oleh seseorang yang tidak dapat menjalankan ibadah puasa, dengan cara memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan. Dalam artikel ini, kami akan memberikan panduan praktis tentang bagaimana menghitung fidyah, siapa yang berhak memberikan fidyah, serta contoh kasus untuk memudahkan pemahaman.

Menghitung Fidyah

1. Apa Itu Fidyah dan Siapa yang Wajib Memberikan?

Fidyah adalah kompensasi yang wajib diberikan oleh seseorang yang tidak dapat berpuasa selama Ramadhan karena alasan yang sah, seperti:

  • Sakit kronis yang tidak dapat sembuh (penyakit jangka panjang atau permanen)
  • Usia lanjut yang membuat seseorang tidak mampu berpuasa dengan aman
  • Kehamilan atau menyusui dengan risiko bagi kesehatan ibu atau bayi
  • Perjalanan jauh yang membahayakan diri jika berpuasa (meskipun ini lebih bersifat sementara)

Fidyah diberikan untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan selama Ramadhan. Bagi mereka yang tidak dapat berpuasa sama sekali dalam bulan Ramadhan, fidyah wajib diberikan sesuai dengan jumlah hari yang ditinggalkan.

2. Bagaimana Menghitung Fidyah?

Menghitung fidyah dilakukan dengan cara mengganti hari puasa yang ditinggalkan dengan memberi makan fakir miskin. Setiap hari puasa yang ditinggalkan, seseorang harus memberikan makanan kepada satu orang miskin, berupa makanan pokok seperti nasi, gandum, atau bahan makanan lain yang biasa dikonsumsi sehari-hari.

Dalam praktiknya, fidyah dihitung dengan langkah-langkah berikut:

Langkah 1: Menentukan Jumlah Hari Puasa yang Ditinggalkan

Pertama-tama, Anda perlu mengetahui berapa banyak hari puasa yang tidak dapat Anda lakukan selama bulan Ramadhan. Misalnya, seseorang yang tidak dapat berpuasa selama 10 hari karena kondisi medis, maka jumlah fidyah yang harus diberikan adalah 10 hari.

Langkah 2: Menentukan Jumlah Makanan yang Diberikan

Fidyah dapat diberikan dalam bentuk bahan makanan pokok atau makanan siap saji. Namun, yang paling umum adalah memberikan bahan makanan pokok, seperti nasi atau gandum, dengan ukuran yang cukup untuk satu kali makan.

Umumnya, ukuran fidyah untuk satu hari puasa yang ditinggalkan adalah sekitar 1 mud. 1 mud setara dengan 2,5 ons atau sekitar 0,75 liter. Jadi, Anda dapat memberikan bahan makanan yang setara dengan ukuran tersebut kepada satu orang miskin.

Sebagai contoh, jika Anda memilih untuk memberikan nasi, maka Anda akan memberikan sekitar 0,75 liter nasi untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.

Langkah 3: Menghitung Total Fidyah

Setelah menentukan jumlah hari puasa yang ditinggalkan dan jumlah makanan yang harus diberikan, Anda dapat mengalikan keduanya untuk mendapatkan total fidyah yang harus disalurkan.

Misalnya, jika seseorang tidak berpuasa selama 10 hari dan memilih memberikan fidyah dalam bentuk nasi, maka jumlah fidyah yang perlu diberikan adalah:

10 hari × 0,75 liter nasi = 7,5 liter nasi

Dengan demikian, orang tersebut perlu memberikan 7,5 liter nasi kepada fakir miskin, atau disesuaikan dengan harga bahan makanan yang setara dengan 0,75 liter nasi per hari.

3. Contoh Kasus Menghitung Fidyah

Untuk lebih memudahkan pemahaman, berikut adalah contoh kasus dalam menghitung fidyah:

Kasus 1: Sakit Kronis Seorang ibu berusia 65 tahun menderita penyakit diabetes yang tidak dapat disembuhkan dan dokter menyarankan untuk tidak berpuasa karena bisa memperburuk kesehatannya. Dalam kasus ini, ibu tersebut tidak dapat berpuasa selama Ramadhan.

Misalnya, ibu tersebut tidak dapat berpuasa selama 20 hari. Untuk menghitung fidyah, ibu tersebut harus memberikan makanan pokok kepada fakir miskin. Jika fidyah diberikan dalam bentuk nasi, yang setara dengan 0,75 liter nasi per hari puasa yang ditinggalkan, maka perhitungannya adalah:

20 hari × 0,75 liter nasi = 15 liter nasi

Ibu tersebut perlu memberikan 15 liter nasi kepada orang miskin sebagai pengganti puasa yang ditinggalkan.

Kasus 2: Usia Lanjut Seorang ayah berusia 70 tahun tidak bisa berpuasa karena kondisi tubuh yang sudah melemah dan tidak kuat menahan lapar dan dahaga. Jika ayah ini tidak berpuasa selama 15 hari, maka fidyah yang harus diberikan adalah sebagai berikut:

15 hari × 0,75 liter nasi = 11,25 liter nasi

Total fidyah yang harus diberikan adalah 11,25 liter nasi, yang dapat diberikan kepada fakir miskin.

Kasus 3: Menyusui dengan Risiko Kesehatan Seorang ibu yang sedang menyusui anaknya merasa khawatir jika berpuasa karena dapat mempengaruhi produksi ASI dan kesehatan dirinya. Dokter menyarankan untuk tidak berpuasa, sehingga ibu ini harus memberikan fidyah.

Jika ibu ini tidak berpuasa selama 10 hari, maka fidyah yang harus diberikan adalah:

10 hari × 0,75 liter nasi = 7,5 liter nasi

Dengan demikian, ibu ini harus memberikan 7,5 liter nasi kepada orang miskin sebagai pengganti 10 hari puasa yang ditinggalkan.

4. Menyalurkan Fidyah

Setelah menghitung fidyah, Anda dapat menyalurkannya kepada fakir miskin. Ada beberapa cara untuk menyalurkan fidyah:

  • Melalui lembaga zakat: Banyak lembaga amil zakat yang menerima fidyah dan menyalurkannya kepada orang yang berhak.
  • Memberikan langsung kepada fakir miskin: Anda bisa memberikan fidyah langsung kepada orang yang membutuhkan, terutama mereka yang kurang mampu di sekitar Anda.
  • Bentuk uang: Jika lebih praktis, fidyah juga bisa diberikan dalam bentuk uang dengan nilai yang setara dengan makanan pokok, biasanya dihitung sekitar Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per hari puasa yang ditinggalkan, tergantung harga bahan makanan di wilayah Anda.

5. Kesimpulan

Menghitung fidyah adalah cara yang adil dan mudah untuk menggantikan puasa yang tidak dapat dilaksanakan oleh seseorang karena alasan yang sah, seperti usia lanjut atau sakit kronis. Dengan mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan, Anda dapat menghitung fidyah dengan tepat dan memastikan bahwa kewajiban ibadah Anda tetap terlaksana meskipun tidak bisa berpuasa. Semoga panduan praktis ini membantu keluarga yang menghadapi situasi ini dalam menjalankan ibadah Ramadhan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan syariat.

Baca Juga :

Mari kita tunaikan Zakat Maal dan bersihkan harta kita untuk menenangkan jiwa. Teman-teman #SahabatHebatLaju, saatnya berbagi dan membantu mereka yang membutuhkan. KLIK DISINI untuk berdonasi dan berbuat kebaikan.

  • Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
  • Atau Kunjungi www.lajupeduli.org untuk mendapatkan artikel terupdate tentang Palestina
  • Jangan lupa ikuti sosial media kami

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top